Minggu, 27 November 2016

Etika Manusia

Titik awal yang baik akan menimbulkan sedikit perbedaan yang tidak bisa dielakkan tentang manusia. Ini berdasarkan pengamatan tentang seperti apa manusia, bukan tentang bagaimana manusia menjadi seperti ini atau mengapa. Jadi manusia itu harus hidup rukun, misalnya, dengan teori naturalistik yang mengungkapkan bahwa manusia itu ada karena manusia berevolusi seperti yang mereka lakukan, dan dengan teori teologis yang mengungkapkan bahwa ada rencana Tuhan di balik sifat manusia. Tentu saja, fakta dari kedua teori teologis dan naturalistik dapat menunjukkan tentang sifat manusia (dan banyak orang berpikir bahwa ini adalah sifat harmonis, tapi beberapa tidak) sifat sendiri merupakan fitur penting dari etika lingkungan kita. Tapi itu adalah poin untuk nanti.
Manusia adalah makhluk sosial. Bagi banyak orang, kepuasan hidup didapat dengan orang lain, bekerja sama dengan orang lain, sering tergantung pada orang lain. Manusia berkomunikasi dengan menggunakan bahasa masing-masing. Manusia sejak zaman kuno disebut makhluk rasional. Itu berarti, mereka selalu berpikir atau bertindak rasional daripada tidak rasional, tetapi mereka memiliki batasan tertentu untuk berpikir tentang apa yang mereka lakukan, untuk membuat keputusan daripada berperilaku secara naluriah. Dan mereka sadar bahwa mereka dapat mengikuti aturan, dan sadar akan hak mereka. Manusia juga merasakan. Manusia peduli tentang apa yang terjadi; mereka dapat pengalaman yang berarti untuk mereka (mereka bahkan dapat menjadi rasional). Manusia memiliki masa depan, dan dapat mencapai tujuannya. Dan manusia itu sangat rentan. Manusia dapat rusak dan dapat menderita secara fisik dan terluka secara emosional.
Blackburn (2001: 4) mengatakan bahwa manusia juga makhluk sosial. Nyatanya, jika semua manusia membuat kebenaran, mereka mungkin akan menjadi makhluk sosial secara mutlak. Artinya, mereka dapat  mengevaluasi: mereka menyukai beberapa hal dan tidak menyukai hal-hal lain; mereka kadang-kadang senang dan kadang-kadang kecewa; mereka memikirkan hal yang mempunyai tujuan dan hal-hal lain yang lebih baik dihindari; mereka pikir hidup mereka kadang-kadang berjalan dengan baik dan kadang-kadang akan buruk. Pada setiap kesempatan mereka akan merespons positif atau negatif suatu kejadian. Semua evaluasi ini terjadi dalam konteks komunikasi; kita bisa mengevaluasi cara berkomunikasi kita kepada orang lain, termasuk mengevaluasi tindakan mereka, dan kita akan dipengaruhi oleh evaluasi mereka. (Mungkin hal ini tidak sejalan dengan berbagai orang tepilih, tetapi hal ini sepadan dengan selera orang secara umum, yang tidak terbatas pada pakaian atau musik, dengan menunjukkan apa yang kita suka akan terbebas jauh dari pengaruh.) Jika ada manusia yang rasional tapi atomistik yang dapat mengevaluasi hal-hal tetapi tanpa adanya bakat sosial dan tidak ada komunikasi, mereka tidak akan bisa hidup beretika di lingkungannya; tapi sebagai manusia harus kita lakukan.

Referensi:
Haydon, Graham. 2006. Education, Philosphy And The Ethical Environment. New York: Routledge (e-book, hlm: 29-39).



Tidak ada komentar:

Posting Komentar