Untuk memperoleh kebenaran, perlu dipelajari teori-teori
kebenaran. Beberapa alat/tools untuk memperoleh atau mengukur kebenaran ilmu
pengetahuan adalah sbb. :
- Rationalism; Penalaran manusia yang merupakan alat utama untuk mencari kebenaran
- Empirism; alat untuk mencari kebenaran dengan mengandalkan pengalaman indera sebagai pemegang peranan utama
- Logical Positivism; Menggunakan logika untuk menumbuhkan kesimpulan yang positif benar
- Pragmatism; Nilai akhir dari suatu ide atau kebenaran yang disepakati adalah kegunaannya untuk menyelesaikan masalah-masalah praktis.
Terdapat 3 (tiga) macam teori untuk mengungkapkan
kebenaran, yaitu:
Teori Korespondensi
Terdapat persamaan atau persesuaian antara gagasan dengan
kenyataan atau realita. Sebuah pernyataan dikatakan benar bila sesuai dengan
fakta atau kenyataan. Contoh pernyataan “bentuk air selalu sesuai dengan ruang
yang ditempatinya”, adalah benar karena kenyataannya demikian. “Kota Jakarta
ada di pulau Jawa” adalah benar karena sesuai dengan fakta (bisa dilihat di
peta). Korespondensi memakai logika induksi.
Teori Koherensi
Terdapat keterpaduan antara gagasan yang satu dengan yang
lain. Tidak boleh terdapat kontradiksi antara rumus yang satu dengan yang lain.
Sebuah pernyataan dikatakan benar bila konsisten dengan pernyataan sebelumnya
yang dianggap benar. Contoh pernyataan “Asep akan mati” sesuai (koheren) dengan
pernyataan sebelumnya bahwa “semua manusia akan mati” dan “Asep adalah
manusia”. Terlihat di sini, logika yang dipakai dalam koherensi adalah logika
deduksi.
Teori Pragmatis
Yang dianggap
benar adalah yang berguna. Pragmatisme adalah tradisi dalam pemikiran filsafat
yang berhadapan dengan idealisme, dan realisme. Aliran Pragmatisme timbul di
Amerika Serikat. Kebenaran diartikan berdasarkan teori kebenaran pragmatisme.
Sebuah pernyataan dikatakan benar jika berguna
(fungsional) dalam situasi praktis. Kebenaran pragmatik dapat menjadi titik
pertemuan antara koherensi dan korespondensi. Jika ada dua teori keilmuan yang
sudah memenuhi kriteria dua teori kebenaran di atas, maka yang diambil adalah
teori yang lebih mudah dipraktikkan. Agama dan seni bisa cocok jika diukur
dengan teori kebenaran ini. Agama, dengan satu pernyataannya misalnya “Tuhan
ada”, adalah benar secara pragmatik (adanya Tuhan berguna untuk menopang
nilai-nilai hidup manusia dan menjadikannya teratur), lepas dari apakah Tuhan
ada itu sesuai dengan fakta atau tidak, konsisten dengan pernyataan sebelumnya
atau tidak.
Referensi:
Susanto. 2011. Filsafat Ilmu: Suatu Kajian Dalam Dimensi Ontologis, Epistemologis, dan
Aksiologis. Jakarta: Bumi Aksara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar