Pada artikel ini saya akan membahas Aliran Kebenaran
yang dikhususkan pada pembahasan aliran Positivistik. Secara epistemologi, ilmu
memanfaatkan dua kemampuan manusia dalam mempelajari alam, yakni pikiran dan
indra (abid, 2010:121). Ilmu, dalam menemukan kebenaran menyandarkan dirinya
kepada kriteria atau teori kebenaran antara lain: koherensi, korespondensi,
positivistik, pragmatik, esensial, kontruktivisme, dan religiusisme. Ketujuh aliran
tersebut memiliki ciri-ciri utama yang berbeda dan cara pendang tersendiri.
Akan tetapi yang lebih lanjut dibahas dalam artikel ini ialah aliran
Positivisme.
Tujuan utama yang ingin dicapai oleh positivisme adalah
membebaskan ilmu dari kekangan filsafat
(metafisika). Karena ilmu hendaknya dijauhkan dari tafsiran-tafsiran
metafisis yang merusak obyektivitas. Dengan menjauhkan
tafsiran-tafsiran metafisis dari ilmu, para
ilmuan hanya akan menjadikan fakta
yang dapat ditangkap dengan indera untuk menghukumi segala sesuatu. Hal
ini sangat erat kaitannya
dengan tugas filsafat. Menurut positivisme, tugas filsafat bukanlah menafsirkan
segala sesuatu yang ada di alam.
Tugas filsafat adalah memberi
penjelasan logis terhadap pemikiran. Oleh
karena itu filsafat bukanlah teori.
Filsafat adalah aktifitas. Filsafat tidak
menghasilkan proposisi-proposisi filosofis,
tapi yang dihasilkan oleh filsafat
adalah penjelasan terhadap proposisi-proposisi.
Di dalam perkembangan positivisme juga
muncul aliran positivisme logis yang mana aliran ini lebih menaruh perhatian
pada upaya menentukan bermakna atau tidak bermaknanya suatu pernyataan dalam
filsafat danilmu pengetahuan, bukan pada pertanyaan apakah benar atau salah.
Positivisme adalah suatu aliran filsafat
yang menyatakan ilmu alam sebagai satu-satunya sumber pengetahuan yang benar
dan menolak aktifitas yang berkenaan dengan metafisika. Positivisme merupakan
empirisme, yang dalam segi-segi tertentu sampai kepada kesimpulan logis ekstrim
karena pengetahuan apa saja merupakan pengetahuan empiris dalam satu atau lain
bentuk, maka tidak ada spekulasi dapat menjadi pengetahuan.
Pada dasarnya positivisme adalah sebuah
filsafat yang menyakini bahwa satu-satunya pengetahuan yang benar adalah yang
didasarkan pada pengalaman aktualfisikal. Pengetahuan demikian hanya bisa
dihasilkan melalui penetapan teori-teori melalui metode saintifik yang ketat,
yang karenanya spekulasi metafisis dihindari. Positivisme, dalam pengertian di
atas dan sebagai pendekatan telah dikenal sejak Yunani Kuno.
Terminologi positivisme dicetuskan pada
pertengahan abad ke-19 oleh salah satu pendiri ilmu sosiologi yaitu Auguste
Comte. Comte percaya bahwa dalam alam pikiran manusia melewati tiga tahapan
historis yaitu teologi, metadisik, dan ilmiah. Tokoh-tokoh yang menganut paham
positivisme : Auguste Comte (1798 – 1857), John Stuart Mill (1806 – 1873),
H. Taine (1828 – 1893), Emile Durkheim (1852 – 1917).
Referensi:
Adib, Muhammad.. 2010. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
http://dhanala11.blogspot.co.id/2013/06/positivisme.html?m=1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar