Mengulang judul diatas, mengapa manusia berfilsafat?. terdapat tiga hal yang mendorong manusia untuk berfilsafat antara lain didorong oleh rasa keheranan, kesangsian, dan kesadaran akan keterbatasan. (Abid, 2010:18). Plato (filsuf Yunani, guru dari
Aristoteles ) menyatakan bahwa: Mata kita memberi pengamatan bintang-bintang,
matahari, dan langit. Pengamatan ini memberi dorongan kepada kita untuk
menyelidiki. Dan dari penyelidikan ini berasal filsafat. Berbeda dengan Plato,
Agustinus dan Rene Descartes beranggapan lain. Menurut mereka, berfilsafat itu
bukan dimulai dari kekaguman atau keheranan, tetapi sumber utama mereka
berfilsafat dimulai dari keraguan atau kesangsian. Ketika manusia heran, ia
akan ragu-ragu dan mulai berpikir apakah ia sedang tidak ditipu oleh panca
inderanya yang sedang keheranan?
Rasa heran dan meragukan ini mendorong manusia untuk berpikir lebih
mendalam, menyeluruh dan kritis untuk memperoleh kepastian dan kebenaran yang
hakiki. Berpikir secara mendalam, menyeluruh dan kritis seperti ini disebut
dengan berfilsafat.
Bagi manusia, berfilsafat dapat juga bermula dari adanya suatu kesadaran
akan keterbatasan pada dirinya. Apabila seseorang merasa bahwa ia sangat
terbatas dan terikat terutama pada saat mengalami penderitaan atau kegagalan,
maka dengan adanya kesadaran akan keterbatasannya itu manusia berfilsafat. Ia
akan memikirkan bahwa di luar manusia yang terbatas, pastilah ada sesuatu yang
tidak terbatas yang dijadikan bahan kemajuan untuk menemukan kebenaran yang
hakiki.
Referensi:
Leahy, louis. 2001. Siapakah Manusia?. Yogyakarta: Kanisius
Adib, Muhammad.. 2010. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar