Rabu, 19 Oktober 2016

Apakah “Guru” Juga Filsuf?



Filsuf adalah seorang tokoh atau ilmuwan filsafat. Saya telah berikan beberapa pengetahuan mengenai tokoh filsafat sebelumnya seperti filsuf dunia, filsuf modern, dan beberapa biografi tokoh filsafat. Nah, muncul pertanyaan apakah “guru” juga Filsuf?, pada artikel ini saya akan membahas mengenai hal tersebut.
Yang dimaksudkan dengan “guru” adalah tokoh-tokoh spiritual yang dipandang telah mencapai pencerahan dan keheningan. Banyak orang berguru pada mereka untuk mencapai keadaan itu. Ada berbagai macam metode dan teknik yang digunakan para guru. Para ahli Zen, misalnya mempergunakan koan (teka-teki yang tidak memiliki jawaban rasional, seperti bagaimana bunyi bertepuk sebelah tangan?) dan meditasi. Karena ungkapa-ungkapan para guru sering kali terasa mendalam dan berisi, orang kerap tergoda untuk menyebut mereka sebagai filsuf. Memeang, banyak diantara mereka yang pas dengan gambaran kebanyakan orang tenyang filsuf, yakni orang yang tua, bijak, dan berjanggut. Padahal, ada perbedaan penting antara guru dan filsuf.
Pertama, para guru menawarkan keheningan, yaitu suatu kondisi jiwa penuh ketenangan dan rasa lepas bebas yang tidak terpengaruh oleh pasang surut kehidupan. Sebaliknya, tujuan filsafat umumnya bukanlah untuk mencapai suatu kondisi kejiwaan tertentu. Tentu saja, orang yang bergumul dengan filsafat mungkin juga lalu mengalami depresi atau ekstase. Bahkan beberapa filsuf sepertilucretius (99-53 SM) dan Spinoza (1632-1677) berpendapat bahwa kedamaian jiwa harus menjadi salah satu tujuan pemikiran filsafat. Akan tetapi, dalam sejarah, para filsuf pada umumnya tidak mencanangkan tujuan psikologis tertentu.
Kedua, meskipun para guru dapat membantu memberi pencerahan kepada kita, pernyataan “kefilsafatan” mereka sebenarnya lebih merupakan suatu generalisasi psikologis  tentang kodrat manusia. Sebagai contoh, kutipan berikut dari seorang guru Zen menyatakan keyakinan bahwa kebahagiaan (tujuan) akan bertambah bila orang menghindarkan diri dari kepura-puraan: “tak perlu sengaja dan dengan cara yang dibuat-buat berusaha menyesuaikan diri; menyatakan dirimu apa adanya adalah hal terpenting.”
Ketiga, para guru memang mengungkapan banyak klaim filsafat. Menyatakan bahwa kebenaran ada di dalam diri sendiri, bahwa kedirian adalah ilusi, dan bahwa  kenyataan senantiasa mengalami perubahan secara terus-menerus dan kreatif, sebenarnya berarti mengambil sikap atau suatu persoalan filsafat. Kutipan berikut memberikan gambaran tentang pernyataan semacam itu, disertai sedikit ironi Zen: “mengapa engkau tidak bahagia? Karena 99,9 % dari yang kupikirkan dan yang kaulakukan hanyalah untuk dirimu sendiri, dan sesungguhnya tak ada satu pun. “ sayangnya, hanya mengatakan hal semacam itu tidak secara otomatis menjadikan seseorang filsuf. Untuk menjadi filsuf, orang harus berfilsafat. Dalam hal ini para guru umumnya tidak memenuhi syarat. Inilah kiranya perbedaan penting antara guru dan filsuf.
Berfilsafat berarti menyusun dan mempertahankan keyakinan-keyakinan seseorang dengan menggunakan argumentasi rasional. Padahal, para guru biasanya tidak berminat untuk memberikan alasan bagi pernyataan-pernyataan mereka. Orang tidak berdebat dengan seorang guru. Oranghanya bisa meminta penjelasan dari seorang guru sebagai tokoh berwibawa penuh, sebagai seseorang yang telah memiliki seluruh kebenaran. Bahkan, tidak sedikit guru yang mentertawakan  masalah-masalah konseptual yang digumuli para filsuf, dan mengatakan bahwa pencerahan sejati tidak mungkin dicapai mellui pemikiran-pemikiran semata. Maka kendati Don Juan, tokoh dalam karya Carlos Castenada yang terkenal itu, membuat pertanyaan-pertanyaan yang secara filosofis menarik, ia sulit diperhitungkan sebagai seorang filsuf.
Jadi, ada beberapa perbedaan penting antara guru dan filsuf. Perbedaan-perbedaan itu dalam dirinya sendiri sama sekali tidak mengimplikasikan apa pun mengenai manfaat menjadi guru maupun menjadi filsuf. Mengikuti seorang guru atau bahkan menjadi guru mungkin saja merupakan aktivitas yang sangat bernilai bagi sesorang. Pengetahuan tentang perbedaan-perbedaan tersebut berguna untuk memperjelas atau mengubah pandangan kita mengenai para guru maupun filsuf. 

Referensi:
Permata dan Hadi. 2000. Berfilsafat: Sebuah Langkah Awal. Yogyakarta: Penerbit Kanisius

Tidak ada komentar:

Posting Komentar