Kamis, 01 Desember 2016

Dari Mana Asalnya Manusia Sebagai Jenis?



Setelah saya membahas dari mana manusia sebagai individu atau person berasal, kini saya akan berbicara tentang dari mana asal manusia sebagai jenis. Sejak kapan manusia muncul sebagai jenis yang baru? Apakah manusia pertama kali langsung diciptakan oleh Allah? Pendapat ini cukup lama dipegang oleh orang kristen sebagai satu-satunya pandangan yang sesuai dengan kiah penciptaan dalam kitab suci. Orang kristen zaman sekarang sudah tahu bahwa kitab kejadian itu tidak berbicara tentang penciptaan langsung atau tidak langsung, evolusi atau bukan evolusi. Kitab suci bukan ilmu bumi atau ilmu hayat. Dalam bentuk cerita kitab suci hendak menyampaikna kepada kita berbagai kebenaran yang sangat dasariyah untuk manusia yang beragama. Allah adalah pencipta langit dan bumi. “Allah melihat bahwa semuanya itu baik” (kej 1: -25).
Beberapa filsuf cukup lama mndukung ciptaan langsung- lebih khusus untuk berbagai fase peralihan- dengan argumen bahwa yang lebih rendah tidak dapat menghasilkan yang lebih tinggi. Pada zaman ini baik ilmu maupun filsafat makin sadar bahwa mereka masing-masing mempunyai keterbatasan dan harus menjaga diri agar tidak melampaui batas kompetensinya. Kompetensiimu empiris adalah faktum evolusi dan cara evolusi berjala adalah secara empiris. Evolusi bagi ilmu positif sampai sekarang masih merupakan hipotesis, tetapi makin umum diterima. Banyak fakta lebih gampang diterangkan dengan hipotesis evolusi.
Fakta-fakta sampai sekarang hanya membuktikan suatu hipotesis yang sangat terbatas, misalnya perubahan di dalam jenis yang sama. Peralihan dari zat  mati ke zat hidup atau peralihan dari jenis satu ke jenis yang lain sulit dibuktikana dengan  fakta. Ada petunjuk untuk itu. Hal yang sam berlaku juga ntuk evolusi manusia darinsalah satun jenis binatang. Sebagai fakum evolusi belum terbukti, tetapi sebagai hipotesis makin umum diterima dalam ilmu hayat.
Benar tidaknya hipotesis evolusi tersebut itu termasuk kompetensi ilmu positif. Hipotesis ini hanya dapat dibenarkan dengan fakta. Filsafat tidak memiliki kompetensi dalam hal ini. Namun, hipotesis evolusi mendorong danmemberi banyak sumbangan untu filsafat, eksegese kitab suci dan teologi. Orang kristen mulain membaca kitab suci dengan cara yang baru. para ekseget menemukan di dalam kitab suci berbagai jenis kesusastraan. Dengan demikian, pandangan atas kitab sucinsemakin diperkaya. Yng penting ialah jenis sastra dan pesan yang hendak diwartakan oleh pengarang. Teori atau hipotesis evolusin merangsang kaum filsuf untuk memperdala paham tentang asas-asas filsafat. Evolusi dilihat sebagai “un folding of being” . para filsuf mulai bertanya apakah hal yang khas untuk materi dan yang khas untuk makhluk hdup  merupakan suatu perbedaan eksklusif atau lebih merupakan analog yaitu perbedaan dalam suatu kesamaan. Dasar analogi ialah “ada” dan perbedaan yang berhubungnaj dengan tingkatan ber-“ada”. Dengan demikian, pandangan atas kehadiran Allah sebagai pencipta juga diperdalam. Filsafat sadar bahwa evolusi atau tidak evolusi tidak bisa dibenarkan dengan argumen filosofus. Evolusi sama sekali tidak mengurangi “ketergantungan” seli]uruh alam pada Alah sebagai pencipta. Filsafat bertugas untuk membawa cahaya “on the ontological level” . v\nagaimana cara segala sesuatu bersatu dan berbeda dalam hal “ada”? apa yang dimaksud demngan perbedaan yang berhubungan dengan hakikatnya (the level of being). Pemahaman baru menjadi tumbuh besar setelah dibahas perbedaan antara benda dan makhluk hidup, antara makhluk hoidup dan manusia. Peralihan dari benda ke makhluk lahidup dan dari makhluk hidup ke manusia bukan suatu tambahan yang serba baru dan eksklusif (addition), yang melainkan peralihan dari “tingkat ada” yang lebih rendah kepada suatu “tingkat ada” yang lebih tinggi (unfolding of being). Perbedaan tidak dirumuskan dengan pengertian yang univok, melainkan dengan analog dan merupakan  suatu perbedaan dalam suatu kesamaan.
Referensi:
Snijders, Adelbert. 2004. Antropolofi Filsafat Manusia Paradoks dan Seruan. Yogyakarta: PT Kanisius

Tidak ada komentar:

Posting Komentar