Minggu, 04 Desember 2016

Wajibkah Menyumbang Mereka yang Kelaparan?

Setiap tahun, jutaan anak meninggal karena kelaparan. Banyak saudara-saudara kita di belahan dunia lain yang hidup serba kekurangan. Sementara orang-orang yang hidup di Negara maju justru sibuk menghambur-hamburkan uang dan membeli barang-barang mewah. Seharusnya, kita membantu mereka yang kesulitan daripada sibuk memperkaya diri sendiri.
Moralitas menuntut kita untuk dapat menyeimbangkan kepentingan kita dengan kepentingan yang lain. Tidak salah bersikap membahagiakan diri sendiri, namun alangkah lebih indah jika kita dapat berbagi kebahagiaan itu dengan yang lain. Jika tindakan yang kita lakukan dapat member manfaat bagi orang lain, maka kita harus melakukannya. Akal sehat mengatakan bahwa kita harus peduli pada kepentingan orang lain.
Namun, egoisme etis menyatakan sebaliknya. Didalam egoisme etis mengajarkan bahwa setiap orang harus mengejar kepentingannya sendiri secara eksklusif. Egoisme etis menyatakan bahwa kita tidak memiliki kewajiban moral selain menjalankan perbuatan yang paling baik utnuk diri sendiri. Namun, egoisme etis tidak mengajarkan bahwa anda tidak boleh menolong orang lain. Anda justru dianjurkan untuk menolong orang yang memberi anda peluang mencapai kebahagiaan. Dalam
berbagai kesempatan, anda mungkin saja dapat menolong diri sendiri dan orang lain secara bersamaan. Misalnya menolong seorang pengusaha dengan harapan anda ditawari pekerjaan.
Ada tiga argument pendukung egoisme etis yaitu:
1. Argument bahwa altruisme dapat menghancurkan diri sendiri. Artinya, apabila kita menolong orang tetapi tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkannya, maka itu hanya akan menghancurkan penilaian orang terhadap kita. Selain itu, menolong orang juga berarti ikut campu terhadap urusan orang lain. Kita akan menjadi pribadi yang menganggap orang lain lemah menghadapi kesulitanya.
2. Argumen Ayn Rand. Menurut argument ini jika kita ingin menolong orang lain maka kita akan mengorbankan kepentingan kita demi kepentingan orang lain. Hal itu akan mengakibatkan kesulitan bagi diri sendiri
3. Argumen egoisme etis dianggap cocok dengan moralitas akal sehat. Dalam pernyataan ini dijelaskan bahwa kita berbuat baik untuk orang lain agar orang lain berbuat baik untuk kita. Menurut akal sehat itu benar. Karena jika kita berbuat baik untuk orang lain, maka orang lain akan merasa berhutang budi dan berusaha membalas kebaikan kita lagi.
Selain yang mendukung, ada argument yang menentang egoisme etis, yaitu:
1. Argumen bahwa egoisme etis tiidak dapat memecahkan konflik kepentingan. Dalam buku The Moral of View (1958), Kurt Baier berpendapat bahwa egoisme etis tidak dapat dibenarkan karena tidak memberikan pemecahan mengenai konflik-konflik kepentingan. Kita memerlukan aturan moral karena kepentingan kita saling bertentangan satu sama lain, namun egoisme etis tidak dapat memberikan jawaban untuk menyelasaikan konflik kepentingan. Egoisme etis hanya menyauruh setiap individu berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai kepentingannya sehingga ia dapat memenangkan konflik.
2. Argumen bahwa egoisme etis secara logis konsisten. Sejumlah filsuf Barat, termasuk Baier menyatakan perlawanan terhadap egoisme etis karena mereka menganggap bahwa egoisme etis secara logis tidak konsisten. Artinya,menurut mereka ajaran itu membawa kontradiksi logis. Sebuah teori tidak bisa dibenarkan jika berlawanan dengan dirinya sendiri. Sesorang pasti memiliki hati nurani untuk menolong, namun egoisme etis melarang orang untuk
menolong orang jika dia tidak diuntungkan. Menghalangi seseorang untuk menjalankan kewajiban sebagai makhluk sosial yaitu membantu sesamanya jelas keliru.
3. Argumen bahwa egoisme etis sewenang-wenang dan tidak dapat diterima. Egoisme etis hamper sama dengan rasisme. Ajaran ini mengajarkan kita untuk mengutamakan kepentingan kelompok kita daripada kelompok lain, dan menganggap bahwa kelompok lain itu tidak berharga. Hal itu jelas keliru. Kita harus memperlakukan semua manusia sama, kecuali ada perbedaan yang memang dapat di toleransi.

Referensi:
Rachel, James. 2007. Filsafat Moral . Yogyakarta: Kanisus


Tidak ada komentar:

Posting Komentar