Abad
belakangan, dalam tahun 1800-an, para filsuf ilmu dengan cara yang
berbeda-beda, seperti Ernst Mach, fenmenalis Auatria, dan Heinrich Hertzh,
perintis teori gelombang elektromagnetik, keduanya melanjutkan
persoalan-persoalan yang dibukakan oleh Kant, dan beberapa impilkasinya masih
diteliti dalam tahun 1970-an, contohnya dalam psikologi kognitif.
Perdebadan
dalam filsafat ilmu adalah abad ke-19 berpusat pada topik-topik pinggiran dan
menghindari isu-isu yang dapat mempertanyakan kemapanan Euklides dan Newton.
Pertengahan abad ke-19, Herman von Helmholtz, pelopor studi-studi ilmiah yang
luas cakupannya, memulai penyelidikan-penyelidikan yang luar biasa ke dalam produkski
pengalaman inderawi dan ide-ide manusia yang dilakukan dalam karya
monumentalnya Handbuch der physiologischen Optik (1956-67); diterjemahkan ke
dalam bahasa inggris, Physilogical Optics (1921-25).
Pada sisi
ekstrem, seoranng fisikawan dan filsuf Austria, Ernst Mach, dan Richard
Avenarius, pengarang filsafat yang dikenal sebagai emprio-kritisme menjelaskan
secara rinci bentuk sensasionalis Empirisisme yang mengingatkan kita pada David
Hume, yang telah bersikeras bahwa semua ini dapat dilacak kepada “kesan-kesan”
(sensasi-sensasi).
Referensi:
Jerome, Revertz R. 2014. Filsafat
Ilmu Sejarah dan Ruang lingkup Bahasan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar