Di
pertengahan abad ke-10, perdebatan dalam filsafat ilmu menjadi semakin
mendalam, rumit dan keritis, dalam kenyataannya selama 50 tahun, kita telah
melihat topik itu akhirnya mendapat status sebagai suatu displin profesinal
yang mantap.
Tema-tema
utama perdebatan berikutnya sebagian besar diperkenlakan dalam diskusi periode
sekitar tahun 1900. Mach mencoba mereduksi semua pengetahuan menjadi
penyataan-pernyataan tentang sensasi-sensasi, sebagai sumber utama baik
Potivisme dan empirisisme logis Lingkaran Wina-sekelompok filsuf dan ilmuwan
terkemuka yang bertemu secara teratur di Wina selama tahun 1920-an dan 1930-an.
Oposisi yang
paling kuat kepada aliran Empirisis atau Positivis telah muncul yang berasal
dari aliran Neo-Kantian yang mempertanyakan persis pada kemungkinan
mengidentifikasi kumpulan yang dibuthhkan untuk memperkuat atau tidak
mempercayai teori-teori alternatif.
Selama
periode yang sama ini, perubahan-perubahan luar biasa yang terjadi di dalam
ilmu-ilmu seperti fisika teoritis, biokimia, dan psikologi telah merangsang
diskusi-diskusi filosofis di kalangan para ilmuwan itu sendiri. Secara
metodologis, sejak tahun 1940 satu pusat baru perdebatan filosofis telah
berkembang, kini dalam ilmu-ilmu behavioral. Sedangkan pada tahun 1970-an para
psikolog teoritis masih jauh dar sepakat dalam penjelasan-penjelasan
merekamengenai perilaku manusia.
Referensi:
Jerome, Revertz R. 2014. Filsafat
Ilmu Sejarah dan Ruang lingkup Bahasan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar