Minggu, 04 Desember 2016

Hubungan Moralitas dan Agama

Ada anggapan yang sudah terkenal di masyarakat bahwa moralitas dan agama merupakan dual hal yang tidak bisa dipisahkan. Bahkan, pada umumnya orang percaya bahwa moralitas dan agama tidak dapat dipisahkan. Kaum religius seperti pendeta, usatad, biksu dan sebagainya, dianggap lebih mengetahui tentang moralitas. Tidak sulit untuk melihat mengapa orang berpikir adanya hubungan ini. Sebab dalam pandangan non religius, alam semesta ini tampaknya merupakan tempat yang dingin, tanpa arti, kosong dari nilai dan tujuan. Agama muncul untuk menjadi pedoman hidup manusia, agar manusia hidupnya lebih terarah. Agama berkaitan dengan moralitas karena berkaitan dengan aturan-aturan perilaku yang harus ditaati oleh manusia. Bagi kaum agamawan, hubungan antara moralitas dan agama merupakan hal yang langsung dan praktis yang berpusat pada isu moral khusus. Seperti larangan untuk mencuri, berbohong, berzina, dan sebagainya yang juga dilengkapi dengan sanksi.
Ada beberapa teori yang digunakan untuk menjelaskan hubungan antara moralitas dan agama. Pertama adalah teori pertintah Allah. Teori perintah Allah memberikan gambaran kepada kita bahwa sebagai makhluk ciptaan Tuhan, kita diberi kebebasan untuk menaati atau melanggar aturan-aturan yang telah diciptakan oleh Allah. Jika kita ingin hidup bahagia, maka kita harus menaatinya, namun jika kita ingin hidup bebas namun tanpa ketenangan, kita dapat melanggarnya. Tetapi Tuhan juga mengancam bahwa perbuatan kita kelak akan dipertanggung jawabkan kelak di akhirat. Hidup dengan kesenangan melanggar perintah Allah maka memilih menderita di akhira. Sebailiknya, hidup dalam perjuangan menaati perintah Allah maka akan hidup bahagia di akhirat.
Kedua adalah teori hukum kodrat. Dibandingkan dengan teori perintah Allah, teori hukum kodrat lebih dominan dalam sejarah pemikiran Kristen. Isi dari teori ini ada tiga bagian, yaitu:
Teori ini menyatakan bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini diciptakan karena memiliki tujuan. Contohnya saja hujan. Hujan diturunkan Tuhan agar tanaman tumbuh. Tanaman yang subur akan menjadi incaran binatang. Binatang yang sehat akan menjadi santapan manusia. Jadi terjadi sebuah hubungan berantai. Nilai dan tujuan dianggap sebagai bagian dasar dari teori hukum kodrat, karena dengan mengetahui niali dan tujuan, kita dapat menemukan rahasia mengapa Tuhan menciptakan alam semesta dan segala isinya.
Teori hukum kodrat tidak hanya menjelaskan sesuatu apa adanya , tetapi juga memberikan penjelasan bagaimana seharusnnya sesuatu terjadi. Contohnya saja kewajiban untuk berbuat baik. Kita ditutut untuk berbuat baik karena sesuai kodrat kita sebagai makhluk sosial. Makhluk sosial adalah makhluk yang tidak bisa hidup sendiri. Oleh karena itu sebagai makhluk sosial seharusnya kita saling membantu satu sama lain.
Bagian ketiga dalam teori ini adalah mengarahkan pada pertanyaan tentang pengetahuan moral. Berbeda dengan teori perintah Allah yang menyatakan bahwa kita harus bertindak sesuai perintah Allah, teori hukum kodrat menyatkan bahwa tindakan kita harus berdasarkan pertimbangan akal pikiran . Menurut teori hukum kodrat, tindakan kita dianggap benar apabila sesuai dengan akal pikiran yang paling rasional.
Moralitas itu menyangkut soal akal dan kesadaran, bukan iman keagamaan. Kaum agamawan dan non agamawan berada dalam posisi yang sama yaitu sama-sama memiliki penalaran akal untuk memikirkan mana tindakan yang patut dilakukan. Kekurangan kaum non agamawan hanya terletak pada ketidak percayaan mereka pada Tuhan yang telah menciptakan akal pikiran tersebut.
Referensi:
Rachel, James. 2007. Filsafat Moral . Yogyakarta: Kanisus


Tidak ada komentar:

Posting Komentar