Minggu, 04 Desember 2016

Revolusi dalam Filsafat Alam

Pada abad ke-17 terjadi perumusankembali yang radikal terhadap objek-objek, metode-metode dan fungsi-fungsi pengetahuan alamiah.Objek-objek barunya ialah fenomena yang teratur di dunia tanpa sifat-sifat manusiawi dan spiritual,metode-metode barunya merupakan penelitian yang berdisplin dan koperatif, dan fungsi-fungsi barunya berupa gabungan dari pengetahuan ilmiah dan kekuasaan industrial.Target utama serangan para revolusioner ialah pendidikan tradisional yang lebih tinggi yang disebut Skolastik. Skolastisisme mengasumsikan sebuah dunia yang hidup, yang diciptakan dan dijaga oleh Allah benar-benar hanya demi kebaikan manusia, dan studi mengenai dunia sebagian besar diselesaikan dengan mengutip otoritas-otoritas, biak yang bersifat filosofis maupun dari sumber-sumber kitab suci. Fungsi pengetahuan ini untuk merasionalisasi pengalaman inderawi dalam harmoninya dengan agama wahyu.
Para nabi tokoh-tokoh revolusioner abad ke-17 abad ini ialah Francis Bacon di Inggris, lahir 1567, dan Galileo Galilei di Italia, lahir tahun 1564.Masing-masing bertekad melakukan suatu misi besar disamping fakta-fakta dan teori-teori khusus, dan masing-masing dalam caranya sendiri merasakan kekalahan yang tragis. Kontribusi Bacon bagi ilmu memang tidak terlihat, namun ia memberikan suatu cita-cita yang mengilhami dan juga pertimbangan-pertimbangan yang cerdas mengenai aktivitas sosial ilmu. Sedangkan kerja keras Galileo yang sangat luas bagi Kopernikus hanya mempunyai pengaruh kecil yang tak langsung, dan itu merupakan sebuah campuran namun dengan mekaniknya ia membawa kejelasan relatif kepada ilmu gerak dan meletakkan fondasi-fondasi yang kokoh bagi karya masa depan.
Berkenaan dengan susunan dan cara kerja dunia alamiah, Para filsuf baru(kecuali Bacon) mengasumsikan bahwa semua fenomerna inderawi merupakan hasil interaksi partikel-partikel materi yang kecil. Partikel-partikel ini tidak mempunyai inteligensi ataupun tujuan, sehingga paradigma reaksi ialah pertabrakan bola-bola.Dalam beberapa bidang filsafat baru tersebut cocok dengan kemajuan yang dicapai pada tahap itu, dan bidang-bidang itu mengalami transformasi, seperti kosmologi, mekanika dan pneumatika.
Karir Isaac Newton dioenghujung abad ke-17 melukiskan berbagai keruwetan yang masih berlangsung, meskipun revolusi ilmu telah berhasil gemilang.Newton adalah salah seorang ilmuwan terbesar dan seorang matematikus terkemuka di sepanjang zaman. Ia menyatukan langit dan bumi dalam satu hukum daya tarik yang tak berpribadi, hukum gravitasi, dan juga membawa suatu ketaatan logis yang baru kepada metode-metode penyelidikan kuantitatif eksperimental. Newton sendiri menghidupkan kembali perkumpulan ini mulai dari tahun 1704 sehingga menjadi sebuah perkumpulan orang-orang terhormat yang menikmati kesempatan mendengarkan eksperimen dan koleksi.
Awal abad ke-18 adalah masa yang gemilang.Eropa sembuh dari kekalutan selama dua abad sebelumnya.Segelintir matematikus besar (keluarga Bernoulli dan Leonhar Euler) mengembangkan kalkulus differensial dan integral yang ditemukan oleh seorang filsuf-Jerman Gottfried Leibniz menuju bentuk yang diajarkan sekarang ini.
Meskipun prestasi-prestasi ini bukan kemajuan besar, namun dengan kokoh menetapkan suatu gaya tertentu ilmu yang dibela oleh para nabi filsafat yang baru, walaupun tentunya tanpa inspirasi revolusionernya.

Referensi:
Jerome, Revertz R. 2014. Filsafat Ilmu Sejarah dan Ruang lingkup Bahasan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar



Tidak ada komentar:

Posting Komentar