Pada abad ke-17 terjadi perumusankembali yang radikal terhadap objek-objek,
metode-metode dan fungsi-fungsi pengetahuan alamiah.Objek-objek barunya ialah
fenomena yang teratur di dunia tanpa sifat-sifat manusiawi dan spiritual,metode-metode
barunya merupakan penelitian yang berdisplin dan koperatif, dan fungsi-fungsi
barunya berupa gabungan dari pengetahuan ilmiah dan kekuasaan industrial.Target
utama serangan para revolusioner ialah pendidikan tradisional yang lebih tinggi
yang disebut Skolastik. Skolastisisme mengasumsikan sebuah dunia yang hidup,
yang diciptakan dan dijaga oleh Allah benar-benar hanya demi kebaikan manusia,
dan studi mengenai dunia sebagian besar diselesaikan dengan mengutip
otoritas-otoritas, biak yang bersifat filosofis maupun dari sumber-sumber kitab
suci. Fungsi pengetahuan ini untuk merasionalisasi pengalaman inderawi dalam
harmoninya dengan agama wahyu.
Para nabi tokoh-tokoh revolusioner abad ke-17 abad ini ialah Francis Bacon
di Inggris, lahir 1567, dan Galileo Galilei di Italia, lahir tahun
1564.Masing-masing bertekad melakukan suatu misi besar disamping fakta-fakta
dan teori-teori khusus, dan masing-masing dalam caranya sendiri merasakan
kekalahan yang tragis. Kontribusi Bacon bagi ilmu memang tidak terlihat, namun
ia memberikan suatu cita-cita yang mengilhami dan juga
pertimbangan-pertimbangan yang cerdas mengenai aktivitas sosial ilmu. Sedangkan
kerja keras Galileo yang sangat luas bagi Kopernikus hanya mempunyai pengaruh
kecil yang tak langsung, dan itu merupakan sebuah campuran namun dengan
mekaniknya ia membawa kejelasan relatif kepada ilmu gerak dan meletakkan
fondasi-fondasi yang kokoh bagi karya masa depan.
Berkenaan dengan susunan dan cara kerja dunia alamiah, Para filsuf
baru(kecuali Bacon) mengasumsikan bahwa semua fenomerna inderawi merupakan
hasil interaksi partikel-partikel materi yang kecil. Partikel-partikel ini
tidak mempunyai inteligensi ataupun tujuan, sehingga paradigma reaksi ialah
pertabrakan bola-bola.Dalam beberapa bidang filsafat baru tersebut cocok dengan
kemajuan yang dicapai pada tahap itu, dan bidang-bidang itu mengalami
transformasi, seperti kosmologi, mekanika dan pneumatika.
Karir Isaac Newton dioenghujung abad ke-17 melukiskan berbagai keruwetan
yang masih berlangsung, meskipun revolusi ilmu telah berhasil gemilang.Newton
adalah salah seorang ilmuwan terbesar dan seorang matematikus terkemuka di
sepanjang zaman. Ia menyatukan langit dan bumi dalam satu hukum daya tarik yang
tak berpribadi, hukum gravitasi, dan juga membawa suatu ketaatan logis yang
baru kepada metode-metode penyelidikan kuantitatif eksperimental. Newton
sendiri menghidupkan kembali perkumpulan ini mulai dari tahun 1704 sehingga
menjadi sebuah perkumpulan orang-orang terhormat yang menikmati kesempatan
mendengarkan eksperimen dan koleksi.
Awal abad ke-18 adalah masa yang gemilang.Eropa sembuh dari kekalutan
selama dua abad sebelumnya.Segelintir matematikus besar (keluarga Bernoulli dan
Leonhar Euler) mengembangkan kalkulus differensial dan integral yang ditemukan
oleh seorang filsuf-Jerman Gottfried Leibniz menuju bentuk yang diajarkan
sekarang ini.
Meskipun prestasi-prestasi ini bukan kemajuan besar, namun dengan kokoh
menetapkan suatu gaya tertentu ilmu yang dibela oleh para nabi filsafat yang
baru, walaupun tentunya tanpa inspirasi revolusionernya.
Referensi:
Jerome, Revertz R. 2014. Filsafat Ilmu Sejarah dan Ruang lingkup Bahasan. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar