Selasa, 13 Desember 2016

Tiga Tahap Eksistensi Manusia (Tahap Religius)



Artikel ini merupakan tahap keiga dari tahap eksistensi manusia, Klik disini untuk melihat tahap pertama dan kedua
Tahap religius merupakan tahap tertinggi dari eksistensial manusia. Pada tahap ini manusia meleburkan diri dalam realitas Tuhan. Lompatan dari tahap etis ke tahap religious jauh lebih sulit dan sublim daripada lompatan dari tahap estetis ke tahap etis. Karena Kierkegaard seorang teolog, maka tahapan akhirnya adalah realitas Tuhan. Pada tahapan ini, logika akan dikalahkan oleh keyakinan subyektif yang berdasarkan pada iman. Kesulitan untuk masuk ke tahap ini adalah paradoks tentang Tuhan itu sendiri, misalnya: adakah Tuhan? Atau jika Tuhan itu Maha baik mengapa ada kejahatan? pernah mendengar ada penyakit tak tersembuhkan, kemudian dengan percayanya pada Tuhan penyakit tersebut lenyap dengan ajaib? Atau ketika hidup dilanda musibah, ada mukjizat Tuhan menyelamatkan? Semua pengalaman itu merupakan wujud dari rasa percaya, dan tak bisa dijelaskan dengan logika atau penjelasan rasional atas paradoks itu semua, hanya berbekal keyakinan seorang individu dapat masuk ke tahap ini.
Perbedaan lainnya terletak  pada objektivitas dan subjektivitas nilai.  Nilai-nilai kemanusiaan pada tahap etis masih bersifat objektif (universal), sehingga ada rujukan yang bisa diterima, baik secara rasional maupun secara common sense. Sebaliknya, nilai-nilai religius bersifat murni subjektif, sehingga seringkali sulit diterima akal sehat. Tidak mengherankan kalau sikap dan perilaku manusia religius sering dicap “tidak masuk akal”, nyentrik, atau bahkan “gila”. Hidup dalam Tuhan adalah hidup subjektivitas transenden, tanpa rasionalisasi dan tanpa ikatan pada sesuatu yang bersifat duniawi atau mundane.
Masuk dari tahap estetis ke etis dibutuhkan sebuah komitmen untuk menjadi diri sendiri dan memiliki pedemoan hidup terutama kemampuan untuk membedakan yang baik dan salah, bukan hanya sekedar pengetahuan akan tetapi juga penghayatan dan pengalaman.
Pandangan Kierkegaard ini sangat berbau keagamaan karena memang beliau berasal dari teologi, Kierkegaard menganggap bahwa Tuhan lah tujuan eksistensi manusia.

Referensi:
Abidin, Z. 2014.  Filsafat Manusia. Memahami manusia melalu filsafat. Bandung: PT Remaja Rosdakarya


Tidak ada komentar:

Posting Komentar