Artikel ini merupakan tahap keiga dari tahap eksistensi
manusia, Klik disini untuk melihat tahap pertama dan kedua
Tahap
religius merupakan tahap tertinggi dari eksistensial manusia. Pada tahap ini
manusia meleburkan diri dalam realitas Tuhan. Lompatan dari tahap etis ke tahap
religious jauh lebih sulit dan sublim daripada lompatan dari tahap estetis ke
tahap etis. Karena Kierkegaard seorang teolog, maka tahapan akhirnya adalah
realitas Tuhan. Pada tahapan ini, logika akan dikalahkan oleh keyakinan
subyektif yang berdasarkan pada iman. Kesulitan untuk masuk ke tahap ini adalah
paradoks tentang Tuhan itu sendiri, misalnya: adakah Tuhan? Atau jika Tuhan itu
Maha baik mengapa ada kejahatan? pernah mendengar ada penyakit tak
tersembuhkan, kemudian dengan percayanya pada Tuhan penyakit tersebut lenyap
dengan ajaib? Atau ketika hidup dilanda musibah, ada mukjizat Tuhan
menyelamatkan? Semua pengalaman itu merupakan wujud dari rasa percaya, dan tak
bisa dijelaskan dengan logika atau penjelasan rasional atas paradoks itu semua,
hanya berbekal keyakinan seorang individu dapat masuk ke tahap ini.
Perbedaan
lainnya terletak pada objektivitas dan
subjektivitas nilai. Nilai-nilai
kemanusiaan pada tahap etis masih bersifat objektif (universal), sehingga ada
rujukan yang bisa diterima, baik secara rasional maupun secara common sense. Sebaliknya, nilai-nilai
religius bersifat murni subjektif, sehingga seringkali sulit diterima akal
sehat. Tidak mengherankan kalau sikap dan perilaku manusia religius sering
dicap “tidak masuk akal”, nyentrik, atau bahkan “gila”. Hidup dalam Tuhan
adalah hidup subjektivitas transenden, tanpa rasionalisasi dan tanpa ikatan
pada sesuatu yang bersifat duniawi atau mundane.
Masuk
dari tahap estetis ke etis dibutuhkan sebuah komitmen untuk menjadi diri
sendiri dan memiliki pedemoan hidup terutama kemampuan untuk membedakan yang
baik dan salah, bukan hanya sekedar pengetahuan akan tetapi juga penghayatan
dan pengalaman.
Pandangan
Kierkegaard ini sangat berbau keagamaan karena memang beliau berasal dari
teologi, Kierkegaard menganggap bahwa Tuhan lah tujuan eksistensi manusia.
Referensi:
Abidin, Z. 2014. Filsafat Manusia. Memahami manusia melalu
filsafat. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar