Refleksi filosofis harus bersifat rasional, kritis, dan sistematis. Sifat kritis dan sistematis
berlaku untuk segala ilmu. Perbedaan
filsafat dengan ilmu pengetahuan lain (science) ialah bahwa filsafat tidak
terbatas pada daerah tertentu, tetapi
berhubungan dengan seluruh kenyataan dan menuju ke akarnya (the ultimate
causes). Sifatnya yang rasional membedakan filsafat dari ilmu teologi yang
berdasar pada iman.
Suatu kenyataan filosofis diakui karena evident dan masuk
akal. Jenis evidensi yang dituntut sebagai
batu ujian kebenaran berbeda-beda.
Posirivisme dan empiris eh menuntut suatu evidensi yang berdasar pada
suatu observasi empiris. Rasionalisme Descartes berdasarkan atas suatu evidensi
yang dikembangkan dengan suatu metode rasional matematis (idea clara et
distincta). Batu ujian bagi filsafat
realisme adalah diri kenyataan.
Argumentasi dalam filsafat harus rasional dan terarah
kepada 'ada' dan cara berada yang yang khas
lain halnya dengan iman dan teologi.
Iman berdasar pada Allah yang berfirman. Wahyu untuk semua agama tidak sama.
Wahyu bagi Agama islam ialah wahyu yang disampaikan melalui nabi
Muhammad saw. Wahyu agama Kristen ialah
wahyu yang disampaikan melalui yesus
Kristen. Jaminan ortodoksi teologi kristiani adalah pacaran apostolis. Diantara filsafat (ratio) dan iman (fides) sering terjadi suatu ketegangan.
Aliran-aliran tertentu dalam teologi tidak mengakui otonomi filsafat. Salah
satu aliran eksterm yang terkenal ialah aliran fideisme. Dari pihak lain, juga terdapat Aliran-aliran
filsafat yang tidak mengakui keotonoman iman.
Hanya hal yang dapat dipertanggungjawabkan secara rasional yang diakui
sebagai benar. Argumen ketahanan,
menurut Descartes, harus menuju suatu
kepastian yang tak tergoyahkan. Dalam "cogito" (kepastian pertama) ditemukan ide Allah. Ide Allah (kenyataan yang paling sempurna)
menuntut eksistensi Allah (lebih sempurna bereksistensi sebagai kenyataan
daripada sebagai ide saja).
Pasal seorang yang gendut dalam hal matematika sangat
melawan pendapat Descartes. Semua argumen filsafat, menurut pasal, gagal untuk membawa manusia kepada suatu
kepastian religius. Bagi paskal tidak ada Allah selain "Allah
Abraham, Israel dan Yakub".
Referensi:
Snijders, Adelbert. 2004. Antropolofi
Filsafat Manusia Paradoks dan Seruan. Yogyakarta: PT Kanisius
Tidak ada komentar:
Posting Komentar