Jumat, 09 Desember 2016

Filsafat dan Iman



     Refleksi filosofis harus bersifat rasional, kritis,  dan sistematis. Sifat kritis dan sistematis berlaku untuk segala ilmu.  Perbedaan filsafat dengan ilmu pengetahuan lain (science) ialah bahwa filsafat tidak terbatas pada daerah tertentu,  tetapi berhubungan dengan seluruh kenyataan dan menuju ke akarnya (the ultimate causes). Sifatnya yang rasional membedakan filsafat dari ilmu teologi yang berdasar pada iman.
Suatu kenyataan filosofis diakui karena evident dan masuk akal.  Jenis evidensi yang dituntut sebagai batu ujian kebenaran berbeda-beda.  Posirivisme dan empiris eh menuntut suatu evidensi yang berdasar pada suatu observasi empiris. Rasionalisme Descartes berdasarkan atas suatu evidensi yang dikembangkan dengan suatu metode rasional matematis (idea clara et distincta).  Batu ujian bagi filsafat realisme adalah diri kenyataan. 
Argumentasi dalam filsafat harus rasional dan terarah kepada 'ada' dan cara berada yang yang khas  lain halnya dengan iman dan teologi.  Iman berdasar pada Allah yang berfirman. Wahyu untuk semua agama  tidak sama.  Wahyu bagi Agama islam ialah wahyu yang disampaikan melalui nabi Muhammad saw.  Wahyu agama Kristen ialah wahyu  yang disampaikan melalui yesus Kristen.  Jaminan ortodoksi  teologi kristiani adalah pacaran apostolis.  Diantara filsafat (ratio)  dan iman (fides)  sering terjadi suatu ketegangan. Aliran-aliran tertentu dalam teologi tidak mengakui otonomi filsafat. Salah satu aliran eksterm yang terkenal ialah aliran fideisme.  Dari pihak lain, juga terdapat Aliran-aliran filsafat yang tidak mengakui keotonoman iman.  Hanya hal yang dapat dipertanggungjawabkan secara rasional yang diakui sebagai benar.  Argumen ketahanan, menurut Descartes,  harus menuju suatu kepastian yang tak tergoyahkan. Dalam "cogito"  (kepastian pertama) ditemukan ide Allah.  Ide Allah (kenyataan yang paling sempurna) menuntut eksistensi Allah (lebih sempurna bereksistensi sebagai kenyataan daripada sebagai ide saja).
Pasal seorang yang gendut dalam hal matematika sangat melawan pendapat Descartes. Semua argumen filsafat, menurut pasal,  gagal untuk membawa manusia kepada suatu kepastian religius. Bagi paskal tidak ada Allah selain "Allah Abraham,  Israel dan Yakub".
Referensi:
Snijders, Adelbert. 2004. Antropolofi Filsafat Manusia Paradoks dan Seruan. Yogyakarta: PT Kanisius

Tidak ada komentar:

Posting Komentar