Hampir
setiap teori penting dari moralitas meliputi pula gagasan untuk tidak berpihak.
Gagasan dasarnya adalah bahwa setiap kepentingan individual mempunyai
kepentingan yang sama: dari sudut pandang moral, tidak ada orag yang istimewa.
Oleh karena itu, setiap dari kita harus mengenal bahwa kesejahteraan orang lain
sama pentingnya dengan kesejahteraan kita. Tetapi pada saat yang sama, tuntutan
untuk tidak berpihak mengecualikan skema apapun yang mengancam anggota kelompok
yang kurang beruntung dan dianggap sebagai lebih rendah (inferior) secara moral
--- sebagaimana orang kulit hitam, kaum yahudi (di Amerika) dan lainya dalam berbagai
kesempatan telah diperlakukan secara demikian.
Tuntutan
untuk tidak berpihak sangat erat kaitannya dengan pokok bahwa putusan moral
harus didukung oleh alasan alasan yang baik.
Tuntutan
untuk tidak berpihak, dengan demikian, pada dasarnya tidak lain daripada suatu
penolakan terhadap sikap semena-mena dalam perlakuan terhadap sesama. Tuntutan
semacam ini menjadi aturan yang melarang kita memperlakukan satu orang secara
berbeda dari yang lain jikalau tak ada alasan yang tepat untuk melakukan hal
itu. Tetapi jika hal ini menjelaskan apa yang keliru pada rasisme, maka hal ini
juga mejelaskan mengapa dalam kasus-kasus khusus perlakuan berbeda terhadap
yang lain bukan serta merta suatu sikap rasis. Misalnya, seorang direktur film
membuat sebuah film mengenai hidup Martin Luther King, Jr. Ia tentu saja
mempunyai alasan baik untuk mengecualikan Tom Cruise, untuk peran bintang
tersebut --- karena pemilihan pemain seperti itu tidak masuk akal. Karena ada
alasan yang tepat untuk itu, "diskriminasi" sang direktur bukanlah
sesuatu yang semenamena dan karenanya tidak bisa dikenai kritik
Referensi:
Rachel,
James. 2007. Filsafat Moral .
Yogyakarta: Kanisus
Tidak ada komentar:
Posting Komentar