Antara tahun
1600 sampai 1800 perdebatan dalam filsafat ilmu hamper tak dapat dipisagkan
dari perdebatan dalam ilmu itu sendiri. Sejak Bacon dan Galileo melalui Descrates
dan Leibniz hingga Laplace dan Kant, semua peserta perdebatan filosofis
memainkan peranan penting di pentas ilmiah. Argumen-argumen Bacon dan Descrates
benar-benar merupakan manifesto; keduanya menawarkan program-program
intelektual bagi sebuah ilmu alam yang hendak dibangun, dan sementara ini
memang benar bahwa selama 150 tahun kemudian, Galileo, Newton dan banyak
ilmuwan lain benar-benar menyusun ilmu fisika baru yang dianjurkan oleh para
filsuf.
Para ilmuwan
abad ke-17 seperti Robert Boyle salah seorang pendiri kimia modern yang
sungguh-sungguh mencoba menerapkan maksim-maksim Bacon, menemukan nasehatnya
yang menjemukan malah menghalangi ketimbang membantu dalam merumuskan
konsep-konsep teoritis yang menerangi.(Dengan agak kasar dikatakan, bahwa Bacon
“bersifat seperti Tuan Perdana Menteri”). Disisi lain, walaupun Newton sangat
dipengaruhi oleh contoh matematis Descrates, ia hanya mengikuti maksim-maksim
metodologisnya pada satu poin saja.
Salah satu
tujuan utama filsafat Kant yang disebut sebagai filsafat Kritis, dengan
metodenya yang terkenal dengan sebutan metode transcendental, dimana
pengetahuan mencerminkan strruktur kategoris pikiran, ialah memberikan
pembenaran filosofis terhadap hasil-hasil Newton.
Referensi:
Jerome, Revertz R. 2014. Filsafat
Ilmu Sejarah dan Ruang lingkup Bahasan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar