Minggu, 04 Desember 2016

Perkembangan Histroris Filsafat Ilmu (Abad ke-17 dan ke-18: Dari Manifesto Hingga Kritik)

Antara tahun 1600 sampai 1800 perdebatan dalam filsafat ilmu hamper tak dapat dipisagkan dari perdebatan dalam ilmu itu sendiri. Sejak Bacon dan Galileo melalui Descrates dan Leibniz hingga Laplace dan Kant, semua peserta perdebatan filosofis memainkan peranan penting di pentas ilmiah. Argumen-argumen Bacon dan Descrates benar-benar merupakan manifesto; keduanya menawarkan program-program intelektual bagi sebuah ilmu alam yang hendak dibangun, dan sementara ini memang benar bahwa selama 150 tahun kemudian, Galileo, Newton dan banyak ilmuwan lain benar-benar menyusun ilmu fisika baru yang dianjurkan oleh para filsuf.
Para ilmuwan abad ke-17 seperti Robert Boyle salah seorang pendiri kimia modern yang sungguh-sungguh mencoba menerapkan maksim-maksim Bacon, menemukan nasehatnya yang menjemukan malah menghalangi ketimbang membantu dalam merumuskan konsep-konsep teoritis yang menerangi.(Dengan agak kasar dikatakan, bahwa Bacon “bersifat seperti Tuan Perdana Menteri”). Disisi lain, walaupun Newton sangat dipengaruhi oleh contoh matematis Descrates, ia hanya mengikuti maksim-maksim metodologisnya pada satu poin saja.
Salah satu tujuan utama filsafat Kant yang disebut sebagai filsafat Kritis, dengan metodenya yang terkenal dengan sebutan metode transcendental, dimana pengetahuan mencerminkan strruktur kategoris pikiran, ialah memberikan pembenaran filosofis terhadap hasil-hasil Newton.

Referensi:
Jerome, Revertz R. 2014. Filsafat Ilmu Sejarah dan Ruang lingkup Bahasan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar


Tidak ada komentar:

Posting Komentar