Minggu, 04 Desember 2016

ILMU DALAM PERADABAN-PERADABAN LAIN (China dan Jepang)

Cina memunculkan tantangan yang lebih besar kepada sejarawan ilmu Eropa, Basis pengetahuan umumnya ialah keduniaan, meskipun lebih didasarkan pada harmoni antara pribadi ketimbang keteraturan-keteraturan asbtrak.Hubungan antara Cina dan Eropa bersifat tak langsung dan terbatas pada perdagangn barang-barang antik.
Pada zaman Renaissans teknologi Cina lebih maju dari Eropa.Sejarawan ilmu Inggris, Joseph Needham, telah menunjukkan pola-pola penyampaian serangkaian penemuan-penemuan penting dari Cina bagian barat.Ketiga penemuan besar itu adalah kompas magnetis, serbuk mesiu, dan mesin cetak.Eropa tak pernah menyadari hutang budinya kepada Cina, sementara itu, yang lebih penting, bangsa Cinta tak pernah mencapai perkembangan hingga menjadi ilmu modern dalam jenis yang dicapai bangsa Eropa.
Ciri khas Renaissans masyarakat Eropa yang memaksa seni-seni praktis melaju ke depan, tak pernah terjadi di Cina. Filsafat alam Cina juga didasarkan pada anologi anologi organis dan hubungan-hubungan harmoni.Filsafat itu tidak pernah dapat mengakomodasi gambaran materi mati yang bergerak sesuai dengan hukum-hukum matematis, yang itu merupakan fondasi bagi ilmu Galilean.Matematika bangsa Cina terdiri dari aturan-aturan perhitungan, dan meskipun sangat canggih, matematika ini hanya dapat diterapkan kepada perhitungan-perhitungan terperinci yang telah di rancang.
Akhirnya, terdapat kasus Jepang yang mempesona.Selama beberapa abad jepang merupakan jajahan kultural Cina.Jepang mengalami penyingkapan singkat dalam ilmu dan agama Barat sebelum para penguasanya di penghujung abad ke-17 memutuskan untuk menutup pintu pada pengaruh-pengaruh yang dianggap membahayakan.
Dipenghujung abad ke-19, bangsa Jepang memutuskan berasimilasi dengan dunia luar dan kemudian melaksanakannya dengan sungguh-sungguh.Agama asli cukup samar-samar sehingga bias mengakomodasi setiap pernyataan ilmu Barat. Para ilmuwan Jepang, para teknisi dan orang-orang awam masa kini memutuskan untuk menjalani hidup dalam dua sisi sebagian dalam dunia yang hiper-modern dan sebagian lagi masih alam salah satu tradisi social kuno yang ketat.
Referensi:
Jerome, Revertz R. 2014. Filsafat Ilmu Sejarah dan Ruang lingkup Bahasan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar



Tidak ada komentar:

Posting Komentar