Kamis, 01 Desember 2016

Kemana manusia sebagai jenis? (Sejarah dan Kemajuan)



Dalam kebudayaan Buddha dan Hindu ditemukan pandangan atas sejarah yang bersifat siklis. Dinamisme dan kemajuan dalam arti yng benar tidak ada, semuanya akan terulang kembali pandangan atas sejarah meurut tradisi Yudi Kristen bersift linier, berjalan lurus dan terus tidak ada apa pun yang terulamg kembali. Yang lewat, lewatlah. Kot yerussalam lama akan hancur dn di atas puing-puingnya dibangun erusslalam baru. Pandangani ini bersifat linier dan kontinu. kata “evolusi” sendiri mengandaikan suatu kontinuitas. Pertanyaan kita” kemana arahnya?
Munurut bernard Delfagaauw dalam buku Snijders tahun 2004, kemajuan akan tampak dalam kebebasan. Kemungkinan-kemngkinan yang terbuka  bagi kebebasan pilihan makin bertambah berkat kemajuan teknik. Kebebasan batin juga semakin bertambah: dari perbudakan menuju masyarakat yang di dalamnya semua anggota mempunyai hak dan kemungkinan yang sama. Manusia merdeka dalam dunia yang merdeka. Akibat kemajuan teknik dan media masa lah dubia semakin bersatu. Kesatuan di bidang politik membutuhkan lembaga-lembaga internasional. Ekonomi hnya maju kalau ada kebersamaan dan dengn mengakui kebergantungan satu sama lain. Namun, dalam segala kemajuan itu keotonomian dan kebersamaan harus maju dalam suatu keharmonisan.
Masa depan manusia dalam filsafat nietzsche “superhomo” (Ubermensch). Pandangan ini sangat individualistis. Sesama tidak diakui dalam pandangan Nietzsche. Masa depan dalam filsafatmarx adalan kolektivisme, dimana kebebasan dan keotonomian anggota-anggotanya tidak di akui. Teilhard de Chardin melukiskan suatu evolusi yang terarah ke suatu dunia yang semakin bersatu. Kesatyan yang kepadanya evolusi terarah merupakan suatu “amorisasi” (“amor” artinya cinta). Dalam kesatuan itu keunikan anggota-anggotanya tidak dibinasakan, melainkan disempurnakan. Arah evolusi yang nyata dalam masa lampau mengatakan sesuatu tentang arah evolusi masa mendatang. Orientasi  itu sekaligus menjadi seruan yang mewajibkan secara etis.
Pandangan Nietzsche merupakan individualisme ekstrem (superhomo). Pandangan Marx berupa kebersamaan ekstrem (kolekrivisme). Dalam pandangam Teilhard, evolusi terarah ke suatu hukum evolusi. Berdasarkan hukum evolusi tersebut Teilhard melukiskan kesatuan kemana kita berjalan. Menurut hukum evolusi, masa lampau tak pernah menghapus kekhasan anggota yang bergabung dalam kesatuan baru. Sebaliknya, kekhasan dirin anggota dalam kesatuan baru menuju ke kesempurnanaannya. Maka, individualisme Nietzsche dan kolektivisme Marx bertentangan dengan hukum evolusi. Kesatuan kemana kita berjalan oleh Teilhard disebut sebagai titik Omega.
Referensi:
Snijders, Adelbert. 2004. Antropolofi Filsafat Manusia Paradoks dan Seruan. Yogyakarta: PT Kanisius

Tidak ada komentar:

Posting Komentar