Dalam
kebudayaan Buddha dan Hindu ditemukan pandangan atas sejarah yang bersifat
siklis. Dinamisme dan kemajuan dalam arti yng benar tidak ada, semuanya akan
terulang kembali pandangan atas sejarah meurut tradisi Yudi Kristen bersift
linier, berjalan lurus dan terus tidak ada apa pun yang terulamg kembali. Yang
lewat, lewatlah. Kot yerussalam lama akan hancur dn di atas puing-puingnya
dibangun erusslalam baru. Pandangani ini bersifat linier dan kontinu. kata
“evolusi” sendiri mengandaikan suatu kontinuitas. Pertanyaan kita” kemana
arahnya?
Munurut
bernard Delfagaauw dalam buku Snijders tahun 2004, kemajuan akan tampak dalam
kebebasan. Kemungkinan-kemngkinan yang terbuka
bagi kebebasan pilihan makin bertambah berkat kemajuan teknik. Kebebasan
batin juga semakin bertambah: dari perbudakan menuju masyarakat yang di
dalamnya semua anggota mempunyai hak dan kemungkinan yang sama. Manusia merdeka
dalam dunia yang merdeka. Akibat kemajuan teknik dan media masa lah dubia
semakin bersatu. Kesatuan di bidang politik membutuhkan lembaga-lembaga
internasional. Ekonomi hnya maju kalau ada kebersamaan dan dengn mengakui
kebergantungan satu sama lain. Namun, dalam segala kemajuan itu keotonomian dan
kebersamaan harus maju dalam suatu keharmonisan.
Masa
depan manusia dalam filsafat nietzsche “superhomo” (Ubermensch). Pandangan ini sangat individualistis. Sesama tidak
diakui dalam pandangan Nietzsche. Masa depan dalam filsafatmarx adalan
kolektivisme, dimana kebebasan dan keotonomian anggota-anggotanya tidak di
akui. Teilhard de Chardin melukiskan suatu evolusi yang terarah ke suatu dunia
yang semakin bersatu. Kesatyan yang kepadanya evolusi terarah merupakan suatu
“amorisasi” (“amor” artinya cinta).
Dalam kesatuan itu keunikan anggota-anggotanya tidak dibinasakan, melainkan
disempurnakan. Arah evolusi yang nyata dalam masa lampau mengatakan sesuatu
tentang arah evolusi masa mendatang. Orientasi itu sekaligus menjadi seruan yang mewajibkan
secara etis.
Pandangan
Nietzsche merupakan individualisme ekstrem (superhomo). Pandangan Marx berupa
kebersamaan ekstrem (kolekrivisme). Dalam pandangam Teilhard, evolusi terarah ke
suatu hukum evolusi. Berdasarkan hukum evolusi tersebut Teilhard melukiskan
kesatuan kemana kita berjalan. Menurut hukum evolusi, masa lampau tak pernah
menghapus kekhasan anggota yang bergabung dalam kesatuan baru. Sebaliknya,
kekhasan dirin anggota dalam kesatuan baru menuju ke kesempurnanaannya. Maka,
individualisme Nietzsche dan kolektivisme Marx bertentangan dengan hukum
evolusi. Kesatuan kemana kita berjalan oleh Teilhard disebut sebagai titik
Omega.
Referensi:
Snijders, Adelbert. 2004. Antropolofi Filsafat Manusia Paradoks dan Seruan. Yogyakarta: PT
Kanisius
Tidak ada komentar:
Posting Komentar