Banyak para
filsuf mengira bahwa gagasan mereka dapat mengubah masyarakat. Namun, harapan
itu seringkali hanya menjadi harapan kosong. Hal itu disebabkan karena karya
para filsuf yang ditulis dalam buku, hanya dibaca oleh bebrapa orang yang
memiliki pandangan yang sama dengan filsuf itu. Sementara orang lain yang
berbeda pandangan cenderung tidak terpengaruh, karena meyakini bahwa pandangan
mereka lebih benar.
Setelah
masyarakat mengalami kejeuhan terhadap nilai-nilai kehidupan lama, maka
terjadilah kekacauan kehidupan. Untuk menghindari kekacauan semakin parah, maka
muncullah revolusi dalam etika, dengan salah satu pendukungnya adalah Bentham.
Menurut Bentham moralitas tidak berhubungan dengan kelakuan baik kita yang
dimaksudkan untuk menuruti perintah Tuhan ataupun menuruti aturan moral
lainnya. Moralitas adalah upaya supaya hidup kita bahagia, tentram dan damai.
Bentham
berpendapat ada satu moral utama, yaitu prinsip utilitas. Prinsip ini
berpendapat bahwa ketika kita dihadapkan pada pilihan-pilihan hidup, kita harus
memilih pilihan terbaik yang dapat menyebabkan kebahagiaan dalam hidup. Bentham
merupakan pemimpin dari kelompok radikal yang bertujuan memperbarui hukum dan
lembaga Inggris sesuai dengan garis utilitarianisme. Bentham beruntung
mempunyai murid seperti John Stuart Mill yang dapat mengembangkan utilitarisme
menjadi lebih elegan dan persuasive. John Stuart Mill adalah seorang filsuf,
ahli sejarah dan ekonomi. Mill memperlihatkan gagasan yang amat sederhana
mengenai moralitas yaitu tindakan yang dapat memberikan kebaikan bagi diri
sendiri dan orang lain.
Kaum
utilitarianis adalah para filsuf maupun pembaru social. Mereka berkeinginan
agar ajaran mereka berbeda, tidak hanya dalam pemikiran, melainkan juga dalam
praktek. Untuk menguji implikasi dari filsafat mereka, maka diujikan melalui
dua isu yaitu euthanasia dan perlakuan terhadap binatang.
Referensi:
Rachel,
James. 2007. Filsafat Moral .
Yogyakarta: Kanisus
Tidak ada komentar:
Posting Komentar